PALU-Terjadinya friksi atau gesekan politik belakangan ini di antara dua tokoh politik berpengaruh besar yakni Rusdy Mastura (Cudy) dan Ahmad Ali (Mat Ali), dinilai tidak perlu berlarut-larut. Apalagi para pengikut yang saling “serang” di media sosial.
Tensi harus diturunkan mengingat Provinsi Sulteng membutuhkan kestabilan politik untuk menjaga roda pembangunan dan pemerintahan tetap berjalan baik. Pasalnya, partai politik masih berpengaruh dan dibutuhkan sebagai sebuah mekanisme check and balance, dalam konteks tata kenegaraan di Indonesia.
Seperti pandangan yang dilontarkan oleh doktor bidang komunikasi politik, Dr Achmad Herman SSos MSi. Koordinator Prodi Magister Ilmu Komunikasi Untad ini, mengarisbawahi sejauh mana kedewasaan berpolitik kedua tokoh tersebut, menjadi kunci dalam mencairkan kebuntuan komunikasi politik saat ini.
Ya, Achmad melihat friksi atau gesekan poilitis terjadi dan sempat naik beberapa hari terakhir pasca dinamika di media sosial, terjadi karena adanya kebuntuan komunikasi politik. Layaknya pipa air, saluran komunikasi keduanya buntu sehingga statement meluber kemana-mana, seperti air di pipa yang tersumbat tadi.
Olehnya, Herman menyarankan agar Cudy maupun Mat Ali agar segera mencari cara membuka kembali saluran komunikasi politik di antara keduanya. Dalam konteks komunikasi politik, dia menungkapkan ada dua momentum yang bisa dimanfaatkan. Yakni Ramadan dan Pilkada 2024.
Namun, Herman lebih menyarankan agar komunikasi politik yang buntu ini segera bisa terbuka pada Ramadan ini. Dia teringat satu buku yang berjudul “Politik Setelah Lebaran”. Menurutnya mungkin saja kedua tokoh ini belum bertemu saat Ramadan tapi bisa jadi bertemu saat Lebaraan. Yakni pada momentum halal bihalal.
“Saya pikir dengan duduk bersama dengan silaturahmi politik ini akan bisa mencair kembali. Saya yakin ada silaturahmi-silaturahmi politik yang dibangun, kalau kita berkaca sebagai umat muslim. Saat halal bilahal, bermaaf-maafan itu kemudian bisa digunakan untuk kembali merajut. Bukankah perbedaan pendapat itu juga adalah rahmat, artinya saya yakin silaturahmi politik ini adalah menjadi saja jalan keluar,” paparnya.
Herman pun optismis friksi atau gesekan politis di antara keduanya tidak akan bertahan lama. Sebab dia menilai dua figure dengan ketokohan politik serta pengaruh yang besar ini, memiliki kedewasan berpolitik yang baik.
Dia mengatakan Cudy maupun Mat Ali, bersama tokoh politik besar Sulteng lainnya seperti anwar Hafid Supratman Andi Attas atau lainnya, memiliki kiprah dan sepak terjang yang tidak bisa dianggap remeh. Mereka perlu diapresiasi karena mereka mampu membawa Sulteng dikenal di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Pada akhirnya, Herman yakin bila kedua tokoh ini mampu menunjukkan kedewasaan berpolitik secara baik dan memutuskan untuk membuka saluran komunikasi politik yang buntu, maka tensi ketegangan di level bawah, ikut sirna.
“Prediksi saya ini tidak akan berlarut-larut. Kenapa? Saya yakin mereka semua ini adalah mereka yang dewasa secara politik, karena kedewasaan berpolitik itulah saya yakin mereka tahu, mana jalan keluar mana, solusi mana yang diambil untuk mengatasi sumbatan-sumbatan komunkasi politik yang selama ini menganggu. Nah, tawaran dari saya tadi itu (momentum Ramadan, red),” pungkasnya.(uq)