PALU– Kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) berkedok magang alias ferienjob di Jerman yang diikuti 1.047 mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di tanah air terus bergulir. Sejumlah mahasiswa yang menjadi korban eksploitasi mulai berani angkat bicara. Meskipun demikian, ada perguruan tinggi yang terkesan berusaha menutupi kasus ini dengan melarang mahasiswa yang menjadi korban untuk bicara apa adanya kepada publik.
Universitas Tadulako (Untad), perguruan tinggi terbesar di Sulteng, termasuk kampus yang disinyalir hendak menutupi permasalahan ini. Namun berdasarkan informasi dari kelompok yang mengatasnamakan diri Komunitas Penyelamat Mahasiswa, terungkap berbagai hal berkaitan dengan pelaksanaan ferienjob di Untad. Salah satunya adalah dugaan penggunaan dana universitas yang diutangkan kepada mahasiswa peserta ferienjob untuk biaya perjalanan ke Jerman. Dana universitas tersebut akan diganti setelah mahasiswa pulang kembali ke tanah air dan memperoleh gaji dari Jerman.
Sejumlah pihak pun mulai mempertanyakan kebijakan ini terkait tatakelola keuangan yang berlaku di Untad. Pasalnya penggunaan uang negara untuk dipinjamkan kepada mahasiswa cenderung spekulatif dan tidak ada jaminan uang tersebut dapat dikembalikan tepat waktu. Bahkan apabila jumlah uang yang dipinjamkan mencapai ratusan juta untuk sekitar 30 orang mahasiswa peserta ferienjob maka ada potensi mengganggu perencanaan keuangan universitas.
Untuk memastikan kebenaran informasi yang telanjur beredar ini, Radar Sulteng mencoba menghubungi Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Untad, Dr Muhammad Rusydi H MSi. Dihubungi melalui WhatsApp sejak siang hingga malam, Warek Bidang Keuangan dan Umum belum merespon pertanyaan yang diajukan Radar Sulteng.
Sebelumnya Rektor Untad, Prof. Dr Amar yang coba dihubungi Radar Sulteng melalui pesan WhatsApp juga belum merespon pertanyaan wartawan. (ron/win)