MUSIK bambu merupakan salah satu bentuk seni tradisional yang masih lestari di Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki tradisi musik bambu yang unik adalah Lembah Behoa, di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Musik bambu Lembah Behoa memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan musik bambu dari daerah lain di Indonesia.
Keunikan musik bambu Lembah Behoa terletak pada alat musiknya yang terbuat dari bambu yang dibentuk menjadi berbagai macam bentuk dan ukuran. Alat musik bambu ini dimainkan dengan cara ditiup. Musik bambu Lembah Behoa juga memiliki melodi dan ritme yang khas, yang mencerminkan budaya dan tradisi masyarakat setempat.
Laporan : Wahono, Hanggira Poso
Musik bambu Lembah Behoa memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakat setempat. Musik ini biasanya dimainkan dalam berbagai acara adat dan budaya, seperti pernikahan, syukuran panen, dan penyambutan tamu. Musik bambu Lembah Behoa juga digunakan untuk menghibur masyarakat dan untuk melestarikan budaya dan tradisi setempat.
Di tengah hamparan bentang alam yang memukau, di situs megalit Pokekea Desa Hanggira di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, menyimpan sebuah warisan budaya yang tak ternilai harganya, apalagi ditemani dengan lantunan musik bambu. Berbeda dengan alunan bambu yang biasa kita dengar, musik bambu Lembah Behoa memiliki ciri khas tersendiri yang memikat hati.
Penampilan music bambu dari lembah Behoa pun memukau para wisatawan yang hadir dalam festival Tampo Lore ke III yang diselenggarakan oleh organisasi Relawan Orang untuk Alam (ROA) yang didkung oleh pemerintah daerah dan Provinsi Sulteng.
Keunikan musik bambu ini pun di akui oleh seniman, serta Praktisi dan Pencipta musik ditanah air yakni Jamal Gentayangan, menurutnya bahwa didaratan tinggi banyak musik bambu, dan tidak hanya di lembah Behoa saja, akan tetapi musik bambu Behoa memiliki keunikan, karena ada sesuatu yang menggelitik dan memiliki cahaya serta suara dengan music bambu yang ada didaerah lain.
Misalkan masuk diruang alam, sehingga bunyi-bunyian yang dihasilkan memiliki karakter yang berbeda. “Semua music bambu tentu sama, namun keunggulan disini memiliki suasana alam yang luar biasa, sehingga ini music yang berbeda,”kata Jamal selaku perwakilan Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) Musik Tradisi Nusantara.
Olehnya melihat perkembangan musik tradisonal tentunya harus dipertahankan, Jamal melihat bahwa masyarakat lembah Behoa sudah melakukan hal itu, dengan banyaknya menampilkan peran anak-anak dalam sebuah pentas seni. “Tentunya dari bawah sudah harus disentuh, dan ingat jangan terpengaruh dengan music dari luar yang masuk. Kalau kita kuat dengan tradisi kita, maka kita bertahan saja, tentunya music diluar sana akan lewat,” ungkap Jamal.
Dirinya menambahkan bahwa saat ini Ia sedang mensurvei untuk mencari Talenta Nusantara Nasional, dan dari 30 daerah untuk dipilih menjadi 10 yang terbaik nantinya. “Awalnya kaca mata saya tidak kesini, karena ada music bambu didaerah lain, namun melihat penampilan music bambu di Behoa Poso ini, ini lebih dahysat dan memiliki kekuatan-kekuatan tersendiri,”ujar Jamal.
Musik bambu ini bahkan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, seperti Shatria Dharma selaku General manager Anugrah Musik Indonesia menjelaskan bahwa berkaitan dengan pemasaran alat music, diawali dengan siapa yang membuat alat music tersebut agar si pembuat jangan diabaikan. “Olehnya kami membuat websaite untuk memasukan alat music ke situs yang kami (AMI) siapkan, disitulah kita mencoba memasukan siapa si pembuat alat agar tetap diingat dan alat musiknya tidak punah,”akuinya.
Kemudian untuk music sendiri harus direkam, karena awal dari sebuah penjualan music adalah merekam, karena kalau hanya mengandalkan pertunjukan saja, maka tidak maksimal dan akan sia-sia. “Kalau sudah ada itu (rekaman musiknya) maka saya bisa bekersajama dengan music publisher,” ujarnya.
Karena saat sudah memiliki rekaman music itu akan mudah untuk menawarkan kepada si pembuat film, atau si pembuat iklan prodak. Selanjutnya bekerjasama dengan aggregator. “Kalau rekaman sudah ada tentunya kita akan bantu, tentunya rekaman harus sesuai dengan standar yang diterapkan,” kata Shatria.
Perlu diketahui bahwa market pendengar music tradisional itu sangat besar, namun terbesar adalah Afrika, akan tetapi di Indonesia tidak kalah. “Karena di Afrika itu sangat terkonsep, sehingga kita harus lakukan ekosistem itu,”tutupnya.