PALU – YAKKUM Emergency Unit (YEU) mengadakan Workshop Hasil Edukasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dari Rumah ke Rumah di salah satu hotel di Kota Palu, Selasa (17/9).
Kegiatan ini bertujuan untuk memaparkan capaian program edukasi pengelolaan sampah rumah tangga sebagai dasar kebijakan di tingkat desa maupun kabupaten.
Workshop tersebut dihadiri oleh pemerintah, mitra, dan pihak terkait untuk memahami hasil dari program edukasi yang telah dilaksanakan di beberapa wilayah.
Salah satu program unggulan yang dibahas adalah edukasi pengelolaan sampah yang dilakukan oleh kelompok perempuan pengusaha plastik dan mahasiswa, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara pengelolaan sampah yang solutif di rumah tangga.
Sejak dilaksanakan pada Juli 2022, Oktober 2023, dan Juni 2024, edukasi pengelolaan sampah ini melibatkan dua wilayah dampingan YEU, yaitu Kelurahan Talise dan Desa Ngatabaru, serta masyarakat di desa dan kelurahan sekitar.
Edukasi ini menggunakan metode door-to-door, yang dianggap efektif dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pengelolaan sampah di rumah tangga.
Meski begitu, hasil evaluasi menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman tidak selalu berbanding lurus dengan perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah di rumah tangga. Oleh karena itu, hasil edukasi ini diharapkan dapat menjadi basis rekomendasi kebijakan terkait pilah-pilih sampah, baik untuk pemerintah maupun pelaku usaha.
Peserta workshop juga diberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam memberikan ide dan saran terkait kebijakan pengelolaan sampah di rumah tangga, dengan harapan dapat menghasilkan solusi yang dapat diterapkan di masyarakat secara luas.
Kegiatan ini menjadi langkah penting dalam mendorong terciptanya kebijakan yang lebih solutif dan berkelanjutan dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Sulawesi Tengah.
Dalam diskusi yang digelar itu, ketua-ketua RT/Dusun yang hadir berkomitmen akan berkolaborasi dengan Bank Sampah baik Talise maupun Ngatabaru terkait edukasi pengelolaan sampah seperti pembuatan plang, sosialisasi, dan kerja bakti.
Hasil dari program edukasi yang dilakukan secara door-to-door oleh Bank Sampah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai policy brief yang akan diajukan kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) sebagai dasar penganggaran untuk program-program terkait isu lingkungan.
Selain itu, rekomendasi audit merek juga akan diajukan kepada perusahaan makanan dan minuman yang produknya banyak ditemukan dalam bentuk sampah kemasan di masyarakat.
Beberapa rekomendasi kebijakan yang muncul dalam diskusi ini termasuk advokasi anggaran di Kota Palu untuk memberikan insentif dan meningkatkan kapasitas pengurus Bank Sampah.
Pemerintah kelurahan juga diharapkan dapat mengeluarkan himbauan terkait pilah-pilih sampah yang lebih efektif di tingkat rumah tangga.
Sementara itu, di Kabupaten Sigi, fokus utama adalah penguatan jaringan multipihak agar program pengelolaan sampah berbasis masyarakat dapat dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sigi juga berkomitmen untuk mendukung integrasi isu-isu lingkungan, dengan merujuk pada Surat Keputusan Bupati terkait tim pelaksana kelembagaan lingkungan.
Sebagai tindak lanjut dari workshop tersebut, direncanakan audiensi dengan BAPPEDA terkait penganggaran program pengelolaan sampah.
Selain itu, konsorsium pengurus Bank Sampah se-Kota Palu yang telah terbentuk diharapkan dapat memperkuat sinergi antar pihak dan Pemkot Palu dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup juga akan memfasilitasi pengurus Bank Sampah dan pegiat lingkungan dalam mengeluarkan kebijakan atau himbauan terkait pengelolaan sampah berbasis rumah tangga di setiap kelurahan.(win)