PALU – Balai Pemantapan Kawasan Hutan dan Tata Lingkungan (BPKHTL) Wilayah XVI Palu, menggelar Rapat Koordinasi Tata Lingkungan Regional Sulawesi Tengah, di hotel Santika Palu, Kamis (17/10/2024.
Kepala BPKHTL Wilayah XVI Palu, Victor W. Rante Lembang. S.Hut. M.Si dalam sambutannya mengatakan, koordinasi tata lingkungan regional Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan rangkaian kegiatan menuju Konferensi Tata Lingkungan Indonesia tahun 2024.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menampung seluruh isi pokok dan rekomendasi kebijakan dari masing-masing wilayah tingkat regional sesuai dengan kondisi karakteristik wilayah.
“Rapat koordinasi ini diharapkan dapat menghasilkan rumusan spesifik isu-isu pokok, peluang, tantangan,” kata Victor W. Rante Lembang.
Lanjut Victor W. Rante Lembang mengungkapkan, sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan koordinasi Tata Lingkungan tingkat nasional pada tanggal 18 September 2024 yang lalu. Dalam rapat tersebut, ini rumusan-rumusan telah dihasilkan dan dimandatkan untuk dibahas. “Ini dibahas pada rapat koordinasi tingkat regional yang kita akan laksanakan saat ini,” ujarnya.
Victor W. Rante Lembang menjelaskan, poin penting yang nanti akan diskusikan bersama-sama untuk dirumuskan bersama-sama. Yang pertama, tema inovasi kebijakan lingkungan hidup untuk mengatasi triple planetary crisis.
“Jadi, rumusan yang kita harapkan yaitu urgensi kebijakan perlindungan. Pengelolaan lingkungan hidup yang inklusif, terintegrasi, dan responsif terhadap perubahan ilmu dan teknologi dan menjamin kepastian penegakan hukum,” jelasnya.
Selanjutnya tema yang kedua, yaitu tema investasi hijau dalam penguatan pola investasi untuk keberlanjutan lingkungan.
“Nah, di sini nanti kita bisa merumuskan bagaimana perwujudan investasi hijau yang berbasis ekologi dan kearifan lokal dengan dukungan sinergi lembaga dan insentif industri hijau,” katanya.
Tema yang ketiga, yaitu tema optimalisasi teknologi dan inovasi untuk pemulihan lingkungan. Paling tidak rumusannya yang kaitkan pengembangan inovasi teknologi berkelanjutan untuk pengelolaan sumber daya alam yang efektif dan efisien.
Tema yang keempat, yaitu tema SDM dan kelembagaan lingkungan. Bagaimana akan melihat penguatan sumber daya manusia dan kelembagaan melalui kolaborasi Pentahelix untuk mendukung perlindungan lingkungan dan keuangan berkelanjutan atau finance sustainability.
Dan tema yang terakhir, yaitu tema financial sustainability for environmental governance.
“Ini rumusannya yaitu, bagaimana nanti kebijakan pemberian insentif kepada lembaga dan daerah yang mendukung investasi hijau,” terangnya.
Sementara Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Sulteng, Rudi Dewanto, SE. MM mewakili Penjabat Sementara (Pjs) Gubernur Sulawesi Tengah, Dra. Novalina, MM dalam sambutannya mengutarkan pentingnya investasi hijau yang sejalan dan dikejakan lingkungan, hal ini tidak hanya menjadi tren tapi juga menjadi kebutuhan mendesak semua pihak.
Dalam rangka upaya mencapai sekali lagi visi Indonesia emas tahun 2045 ke depan. Investasi hijau, green investasi. Investasi yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan kualitas lingkungan.
“Dan hal ini juga mendorong sinergi kita antara setiap publik dan juga setiap swasta dalam membangun investasi yang berdampak positif bagi lingkungan dan juga sekali lagi bagi ekonomi nasional,” ujarnya.
Menurut Rudi Dewanto, dukungan teknologi dan inovasi, sangat penting dalam pengelolaan dan pemulihan lingkungan hidup.
Teknologi modern meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya alam, mempercepat pemulihan ekosistem yang rusak, serta mengurangi emisi karbon.
Namun, keberhasilan teknologi dan kebijakan ini juga memerlukan sumber daya manusia yang terampil dan juga kelembagaan yang kuat.
Selain itu, keberlanjutan finansial harus diperkuat, agar upaya perlindungan lingkungan dapat terus berjalan dengan semestinya.
“Melalui forum ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk berbagai sektor dalam merumuskan roadmap atau perjalanan tata lingkungan yang jelas dan juga terukur,” katanya. (*/ron)