SIGI – Kurikulum Merdeka sangat tepat diterapkan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Di mana, dalam kurikulum ini menitikberatkan pada pengembangan karakter dan kompetensi siswa.
Ini sejalan dengan penerapan pembelajaran siswa SLB. Yakni, 60 persen pengembangan keterampilan dan 40 persen akademik. Namun, belum seluruhnya SLB di Sulawesi Tengah menerapkan kurikulum merdeka.
Melihat hal tersebut Bidang Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus dan Inovasi Pendidikan (PKPLK-IP) Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah menggelar workshop Kurikulum Merdeka. Sebanyak 32 kepala SLB se Sulwesi Tengah menjadi peserta dalam kegiatan yang digelar di SLB Biromaru, Kabupaten Sigi, Kamis (19/9/2024) hingga Jumat (20/9/2024).
Dalam sambutannya, Kepala Bidang PKPLK-IP, Nurseha SSos MSi, yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan Sulteng, Yudiawati Vidiana SKM MKes menyampaikan, bahwa pembelajaran kurikulum merdeka pada prakteknya bukan sesuatu yang asing bagi para tenaga pendidik di SLB. Namun, harus terstruktur dan dapat mudah dipahami siswa didik.
“Kurikulum merdeka, hampir sama dengan yang selama ini dilakukan guru-guru SlB bagaimana mengembangkan life skill peserta didik,” sebut Nurseha.
Khusus SLB di Sulteng, kata dia, baru tiga sekolah yang menjadi sekolah penggerak dan telah menjalankankurikulum merdeka. Untuk itulah, dengan kegiatan ini diharap semakin banyak SlB di Sulawesi Tengah menerapkan kurilulum merdeka.
“Untuk itu saya minta KKKS (kelompok kegiatan kepla sekolah) dan KKG (kelompok kerja guru) agar berberkolaborasi, satukan langkah dalam penerapan kurikulum merdeka,” jelas Kabid.
Peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran kurikulum merdeka, juga dapat didukung anggaran yang berasal dari Dana BOS. Hal itu kata Nurseha, sesuai dengan surat edaran Kepala Dinas Pendidikan Sulteng.
“Ibu Kadis berharap, setiap tahun ada guru yang bisa tingkatkan kompetensinya, sehingga di Tahun 2027 seluruh SLB bisa menerapkan kurikulum merdeka,” jelasnya.
Untuk itu lah dia berharal, para Kepala SLB yang ikut dalam kegiatan ini benar-benar mengimplementasikan dan mentrasformasi pengetahuan terkait kurikulum merdeka yang didapat dalam kegiatan ini kepada para guru-guru ketika kembali ke sekolah masing-masing. Dia juga meminta, agar pihak sekolah benar-benar melihat dan mengembangkan potensi life skill yang dimiliki para siswa, sebagai bekal mereka ketika lulus nanti.
“Ke depan anak-anak didik kita yang berkebutuhan khusus ini, didata ketika mereka lulus sekolah apakah lanjut ke perguruan tinggi atau kah diterim di dunia kerja. Karena data yang saya miliki saat ini baru 8 orang anak berkebutuhan khusus di Sulteng dapat diterima di dunia kerja. Satu diantaranya sudah kerja di swalayan, ” terang Nurseha. (agg)