Site icon Radar Sulteng

Pesona “Negeri Seribu Megalit” Pikat Perhatian Wisatawan Asing

KUNJUNGAN WISATAWAN : Ketua Pengurus Cabang (PC) Pemuda Panca Marga (PPM) Kabupaten Sigi, Darwin Sumang, SH.,MH (kiri) yang turut mendampingi wisatawan asing. FOTO : TASWIN

PALU – Sulawesi Tengah, yang dijuluki “Negeri Seribu Megalit,” terus menarik perhatian dunia dengan pesona alamnya yang luar biasa dan kekayaan sejarah yang memukau.

Baru-baru ini, sekelompok wisatawan asing dari berbagai negara yang tergabung dalam kelompok pemerhati satwa dan fauna datang berkunjung, tertarik oleh keanekaragaman jenis burung yang menjadi salah satu daya tarik utama wilayah ini.

Selama kunjungan mereka, para wisatawan mengunjungi Taman Nasional Lore Lindu, yang terkenal sebagai tempat terbaik untuk mengamati burung di Sulawesi Tengah.

Di sini, mereka berkesempatan melihat berbagai jenis burung endemik seperti Burung Maleo, Kakatua Putih, Cikukua Ternate, dan Celepuk Sulawesi. Burung Maleo, dengan kebiasaannya yang unik dalam bertelur, menjadi daya tarik khusus bagi para pemerhati satwa.

Mereka juga menyempatkan diri berkunjung ke pantai Teluk Palu Talise melihat sejumlah jenis burung yang berkeliaran.

Menurut salah satu warga lokal Sulteng sekaligus Ketua Pengurus Cabang (PC) Pemuda Panca Marga (PPM) Kabupaten Sigi, Darwin Sumang, SH.,MH yang turut mendampingi wisatawan asing ini, mengatakan kedatangan sekelompok wisatawan asing ini dalam rangka ingin melihat jenis-jenis burung yang hidup di Sulteng.

“Mereka ini tadi dari lembah Napu, terus berkeliling di beberapa wilayah, bahkan tadi ke pantai talise melihat burung disana,”bebernya, Kamis (1/8).

Sebagai tuan rumah yang menyambut kedatangan wisatawan dari berbagai penjuru dunia, Darwin menyoroti betapa istimewanya julukan “Negeri Seribu Megalit” yang disematkan pada wilayah ini.

Menurut Darwin, julukan “Negeri Seribu Megalit” bukanlah sekadar sebutan tanpa makna. Wilayah Sulawesi Tengah memang terkenal dengan situs-situs megalitik yang tersebar di Lembah Bada, Napu, dan Besoa.

Patung-patung batu berusia ribuan tahun ini tidak hanya menawarkan keindahan visual, tetapi juga menyimpan cerita dan misteri peradaban manusia di masa lampau.

“Inilah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan asing untuk datang, baik itu sekedar jalan-jalan maupun melakukan penelitian. Ini modal besar kita untuk memajukan pariwisata Sulteng kedepan,” pungkasnya.(win)

Exit mobile version