PALU – Pengunjung Kampung Nelayan, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, menjadi target kegiatan sosialisasi Augmented Reality (AR) yang diadakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan BPBD Kota Palu dan PT. Sangkuriang Internasional, Sabtu (7/12/2024).
Program ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang evakuasi bencana melalui aplikasi AR bernama Way Finder. Diharapkan agar para masyarakat dapat menyebarluaskan pengetahuan ini kepada keluarga.
Dari pantauan Radar Sulteng, para pengunjung Kampung Nelayan dijelaskan oleh tim fasilitator-fasilitator bagaimana cara kerja dari aplikasi AR Way Finder yang dirancang untuk memberikan gambaran virtual jalur evakuasi saat terjadi bencana, khususnya tsunami.
Aplikasi ini akan menunjukkan rambu-rambu evakuasi dan lokasi aman untuk menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Aplikasi Way Finder di Kota Palu merupakan pilot project yang dirancang untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.
Selain memberikan simulasi evakuasi secara virtual, aplikasi ini juga mempermudah pemahaman mengenai langkah-langkah mitigasi bencana.
Fungsional Penata Penanggulangan Bencana Ahlimuda BPBD Palu Gayus Novanto Pakan S Sos mengatakan, sosialisasi ini untuk mengajak para pengunjung Kampung Nelayan untuk mendownload bersama-sama aplikasi Augmented Reality. Di dalam aplikasi tersebut masyarakat akan mengetahui dimana saja arah-arah evakuasi dan dimana titik kumpul terdekat yang berada di Kelurahan Talise.
“Aplikasi ini baik sekali untuk pengunjung tempat wisata Kampung Nelayan untuk mendownload aplikasi nanti tidak diminta-minta ada gempa bumi dengan kekuatan besar dan berpotensi terjadi tsunami bapak ibu sudah tahu untuk mengevakuasi diri kemana,” kata Gayus Novanto Pakan.
Gayus menjelaskan, simulasi mitigasi bencana melalui teknologi AR ini merupakan bagian dari metode edukasi yang dikembangkan BNPB bekerja sama dengan world bank data.
Pengembangan teknologi AR untuk simulasi bencana juga bagian dari program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP) atau Proyek Prakarsa Ketangguhan Bencana Indonesia.
“Kebetulan IDRIP ini mengintervensi 6 Kelurahan di Kota Palu mulai dari Silae, Lere, Besusu Barat, Talise, Mamboro Barat dan Pantoloan, tetapi untuk kegiatan sosialisasi AR baru dilaksanakan di dua Kelurahan yaitu di Pantoloan dan Talise,” kata Gayus NOvanto Pakan.
Gayus berharap selanjutnya di tahun 2025 empat Kelurahan lainnya bisa mendapat project tersebut. Dia menekankan aplikasi AR ini tidak digunakan pada saat terjadi bencana, akan tetapi digunakan sebelum terjadi bencana khususnya tsunami. “Jadi sebagai bahan edukasi masyarakat sudah tahu melewati jalan yang mana dan kumpul di titik evakuasi terdekat,” lanjut Gayus.
Lurah Talise Moh Iqbal mengakui bencana itu tidak diharapkan terjadi maka segala edukasi dan sosialisasi akan disampaikan ke masyarakat. Olehnya itu masyarakat harus siap ketika bencana itu terjadi sewaktu-waktu. Pihak Kelurahan Talise sudah melakukan kerjasama dengan BNPB maupun BPBD Kota Palu terkait bagaimana proses mitigasi bencana itu sendiri.
Di Talise sudah ada beberapa titik-titik lokasi evakuasi yang sudah ditentukan melalui simulasi yang sudah dilaksanakan. “Maka dengan bantuan aplikasi Augmented Reality ini, maka masyarakat memahami dimana arah tujuan ketika saat terjadinya bencana, sehingga untuk memudahkan masyarakat memahami situasi saat terjadinya bencana kita berikan aplikasi ini untuk kemudian menjadi suatu pegangan masyarakat ketika terjadi bencana itu sendiri,” kata Moh Iqbal.
Saat ini kata Moh Iqbal di Kelurahan Talise terdapat 14.678 penduduk dengan 4.990 Kepala Keluarga (KK). Tentunya Moh Iqbal berharap hal-hal yang terjadi seperti di tahun 2018 tidak lagi kemudian menyebabkan banyaknya warga yang menjadi korban seperti pada saat itu.
“Kami juga sudah dibekali oleh BNPB terkait bagaimana mengedukasi masyarakat lewat TOT Augmented Reality ini. Jadi TOT itu besar manfaatnya untuk kami, karena kami bisa mensosialisasikan ke masyarakat terkait bagaimana penanggulangan bencana atau mitigasi bencana itu sendiri,” jelasnya.
Di Kelurahan Talise juga sudah menjadi pilot project dan pihak Kelurahan sudah membentuk yang namanya Destana atau desa tangguh bencana yang didalamnya ada forum pengurangan risiko bencana.
“Forum ini kemudian yang mengedukasi masyarakat terkait bagaimana menyampaikan kepada masyarakat jika bencana itu benar-benar terjadi, dimana jalur evakuasi, kemudian dimana titik kumpul, dan bagaimana mengevakuasi masyarakat,” sebut Moh Iqbal.
Untuk diketahui, sosialisasi ini merupakan bagian dari proyek percontohan (pilot project) di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah khususnya di Kelurahan Pantoloan dan Talise.
Daerah lain yang menjadi lokasi proyek ini mencakup Ambon, Sumatera Barat, Bali, dan Jawa Tengah.
“Kami berharap baik masyarakat yang sedang liburan maupun UMKM di Kampung Nelayan bisa menyebarkan informasi tentang aplikasi AR ini kepada keluarga dan teman,” kata Moh Iqbal.
Ketua RT 06/RW 05 Zulfakar menambahkan dirinya sangat berterimakasih kepada pihak BNPB dan BPBD Kota Palu yang sudah mensosialisasikan aplikasi mitigasi bencana ini kepada warganya secara langsung. Apalagi wilayah RT06/RW05 ini yang langsung berbatasan dengan bibir Teluk Palu. Di sisi lain aplikasi ini akan bermanfaat bagi pengunjung yang datang di Kampung Nelayan.
“Alhamdulillah dengan sosialisasi ini sangat membantu untuk ke depannya. Karena kita tidak minta-minta ada bencana terjadi, sehingga masyarakat sudah tahu bagaimana cara evakuasi ke titik aman dengan melalui jalur yang aman,” ujar Zulfakar.
Salah seorang warga Rais mengungkapkan, dengan aplikasi Augmented Reality, nantinya sebelum terjadinya bencana masyarakat sudah mengetahui langkah-langkah apa saja yang ingin dilakukan terkait dengan pengurangan risiko terhadap bencana.
“Jadi lebih mempermudah masyarakat dalam menghadapi bencana. Insya Allah masyarakat sangat terbantu, artinya namanya bencana kan kita tidak tahu karena memang sudah takdir, tapi dengan adanya ikhtiar upaya pencegahan itu, adanya edukasi Insya Allah sangat membantu,” jelas Rais.(acm)