Site icon Radar Sulteng

GAW PALU Beri Literasi Iklim dan Kualitas Udara ke Generasi Muda

HARAPKAN AKSI NYATA: Kegiatan Literasi Iklim dan Kualitas Udara untuk Generasi Muda Sulawesi Tengah Tahun 2024, di Gedung Pogombo, Sabtu (12/10/2024). FOTO: MUGNI SUPARDI

PALU – Generasi muda sebagai calon pemimpin masa depan diharapkan mempunyai jiwa kepemimpinan yang berwawasan lingkungan dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan.

Hal tersebut ditekankan oleh Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Asep Firman Ilahi saat memberi sambutan pada kegiatan Literasi Iklim dan Kualitas Udara untuk Generasi Muda Sulawesi Tengah Tahun 2024, di Gedung Pogombo, Sabtu (12/10/2024).

“Karena kita tidak ingin anak cucu kita, mereka bukan hanya bisa berkembang biak dengan baik tetapi mereka juga bisa bertahan hidup dan tidak ada rasa takut akan kelaparan, tidak ada rasa takut akan bencana alam, dan tidak ada rasa takut terhadap lingkungan yang makin hancur,” sebut Asep F Ilahi.

Kegiatan Literasi Iklim dan Kualitas Udara yang diinisiasi oleh Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri ini didesain untuk mempersiapkan generasi muda menjadi pemimpin masa depan dengan wawasan lingkungan, sekaligus memberdayakan mereka untuk menjadi agen perubahan yang positif.

HARAPKAN AKSI NYATA: Kegiatan Literasi Iklim dan Kualitas Udara untuk Generasi Muda Sulawesi Tengah Tahun 2024, di Gedung Pogombo, Sabtu (12/10/2024). FOTO: MUGNI SUPARDI

“Kita ingin literasi ini bukan hanya untuk orang tua saja, karena orang tua biasanya kurang begitu responsif terhadap aksi-aksi nyata, makanya sasaran kita pada generasi muda agar mereka ada aksi nyata bukan hanya sekadar literasi yang masuk di kepala, tapi ada aksi nyata,” lanjut Asep F Ilahi.

Menurut Asep F Ilahi, khususnya generasi muda di Kota Palu dari kacamatanya bahwa sudah ada aksi-aksi dari generasi muda yang diinisiasi oleh para NGO, LSM, maupun kelompok – kelompok kecil dan mereka sudah memberi aksi nyata terkait perubahan iklim.

“Dengan adanya literasi ini semua generasi muda bisa mengedukasi melalui pribadi sendiri maupun dengan kelompoknya bagaimana dampak dengan adanya perubahan iklim dan kualitas udara di Kota Palu ini,” jelas Asep F Ilahi.

Tanda nyata perubahan iklim di Kota Palu diungkapkan Asep F Ilahi dengan suhu di Kota Palu yang semakin ‘merah’ dengan kenaikan 1,1 derajat celcius dari anomali rata-ratanya. Selain itu suhu di Kota Palu juga sudah mencapai rekor tertinggi yaitu 39,7 derajat celcius.

“Artinya dengan adanya kenaikan suhu ini kemungkinan dampak yang dihasilkan akan lebih sering bencana alam hidrometeorologi, banjir bandang, tanah longsor, dan air laut naik,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian BPBD Sulteng Akris Fattah mewakili Plt Gubernur Sulteng Dra Novalina MM mengatakan, dengan adanya perubahan iklim sangat terasa dari tahun ke tahun ada tren peningkatan data bencana seperti banjir dan tanah longsor.

“Atas nama pemerintah kami mengucapkan terimakasih dan mengapresiasi BMKG yang melaksanakan kegiatan literasi ini khususnya pada anak-anak muda,” tutupnya.(acm)

Exit mobile version