PALU – Dalam rangka melatih skill para Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Pantoloan, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Teluk Palu menggelar peningkatan kualitas tenaga kerja bongkar muat, yang diikuti sebanyak 50 peserta selama dua hari yakni Selasa (26/9) hingga Rabu (27/9).
Kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan ini bertajuk Pelatihan dan Uji Kompetensi dalam rangka pelaksanaan Skill Management System kegiatan operasional Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan, dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Palu, Mursidi SE ME.
Mursidi mengatakan dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.
Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
“Pendidikan harus menjadi landasan reformasi ini. Dan ini merupakan pelaksanaan dari Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 209 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,” kata Mursidi didampingi Kepala Seksi Lalu Lintas Angkutan Laut dan Usaha Kepalabuanan, Capt Bobby Riyatman MM.
Lanjutnya, proses kegiatan pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lain yang lazimnya diangkut dengan transportasi laut akan berakhir di Pelabuhan. Pelabuhan muat disebut sebagai titik awal pengangkutan dan Pelabuhan tujuan sebagai titik akhir penerimaan barang.
Peningkatan kelancaran kegiatan bongkar muat di Pelabuhan maka perlu dilakukan pengadaan fasilitas Pelabuhan atau peralatan mekanik bongkar muat yang kompleks. Dan untuk mendukung kelengkapan tersebut juga dibutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai skill dan pengetahuan yang optimal dalam pengoperasian alat yang sesuai, aman dan efektif.
“TKBM nantinya berperan sebagai pelaksana kegiatan bongkar muat pada Pelabuhan yang memiliki dua pekerjaan, yaitu sebagai pelaksana dan pengoperasian peralatan bongkar muat (stevedoring dan Crane menjadi salah satu peralatan mekanik yang sangat dibutuhkan dalam proses kelancaran dalam kegiatan bongkar muat, seperti crane kapal (boom) dan crane darat (short crane),” terangnya.
Namun dalam praktiknya di lapangan kata Mursidi, pengoperasian crane dilaksanakan oleh TKBM yang belum memiliki sertifikat sehingga produktivitas dari setiap tahapan crane kurang optimal dan rendah.
Olehnya itu, melalui pelatihan dan sertifikasi ini diharapkan mampu membentuk TKBM yang berketerampilan dalam pengoperasian crane sehingga standar produktivitas bongkar muat tercapai dan siklus penanganan kapal serta muatan semakin meningkat.
“Tujuan dari diadakannya Pelatihan dan Uji Kompetensi TKBM sendiri adalah untuk memberikan pengetahuan atau skill dalam bidang kegiatan bongkar muat di Pelabuhan, TKBM harus memiliki kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan tidak dapat dipungkiri, tenaga kerja di bidang transportasi khususnya di Pelabuhan harus sesuai dengan SKKNI,” sebutnya.
Oleh karena itu, pelatihan dan uji kompetensi yang saat ini akan dilakukan yang bekerja sama dengan Politeknik Ilmu Pelayaran (Poltekpel) Surabaya ini mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No. 298 tahun 2020.
“Para petugas pelabuhan dan buruh di Pelabuhan kini dituntut lebih profesional dan produktif dalam mendorong produktivitas bongkar muat dan kelancaran arus barang dari dan ke Pelabuhan,” tegasnya.
“Kecelakaan kerja yang kerap terjadi pada para petugas pelabuhan dan TKBM dikarenakan kurangnya keterampilan dalam menggunakan alat-alat keselamatan dan ketrampilan dalam bekerja,” tambahnya. (acm)