PALU – Momen lima tahun bencana 28 September 2018 silam yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala), Difabel Rumah Merah Putih Berkarya ikut ambil bagian dalam kegiatan doa bersama dan kegiatan sosial.
Rangkaian kegiatan mengenang lima tahun bencana Pasigala, pagi hari, rombongan Difabel Rumah Merah Putih Berkarya menuju pemakaman massal korban bencana, 28 September 2018 di Poboya.
Usai doa bersama dan tabur bunga di lokasi pemakaman massal korban bencana, 28 September 2018, rombongan Difabel Rumah Merah Putih Berkarya mengunjungi, sekaligus memberikan bantuan sembako ke beberapa penyandang disabilitas yang tersebar di beberapa titik di Kota Palu.
Beberapa penyandang disabilitas yang dikunjungi rombongan Difabel Rumah Merah Putih di antaranya, Zakia usia 10 tahun penyandang disabilitas lumpuh layu di Jalan Kebun Sari Petobo.
Kemudian, Zalwa usia 5 tahun penyandang disabilitas lumpuh layu di Petobo yang juga korban likuefaksi Petobo 28 September 2018.
Selanjutnya Fahri usia 15 tahun penyandang disabilitas tunadaksa kaki palsu di Huntap Buddha Tzu Chi Tondo, Fahri diketahui merupakan korban bencana likuefaksi Balaroa.
Selain itu memberikan bantuan sembako kepada penyandang disabilitas tunarungu Beni usia 25 tahun dan Safari usia 28 tahun di Huntara Jalan Cumi-Cumi.
Pembina Difabel Rumah Merah Putih Berkarya, Wijaya Chandra, didampingi pembina lainnya, Ricky Tjui dan pengurus Dewi Santiana dalam kesempatan tersebut mengatakan, momen lima tahun bencana 28 September 2018 yang saat ini genap lima tahun menjadi momen penting untuk selalu mengenang para korban dan keluargan korban yang terdampak.
Untuk itulah bersama rombongan Difabel Rumah Merah Putih Berkarya berinisiatif ambil bagian dalam peringatan lima tahun bencana Pasigala dengan beberapa kegiatan, di antaranya doa bersama dan tabur bunga di makam para korban bencana 28 September 2018 di pemakaman massal Poboya.
Selain itu juga mengunjungi, sekaligus membagikan bantuan sembako kepada beberapa penyandang disabilitas dan juga yang menjadi korban saat peristiwa gempa, tsunami dan likuefaksi melanda 28 September 2018 silam. “Setiap momen tahunan mengenang bencana 28 September 2023 kami menyempatkan untuk ambil bagian dalam kegiatan. Kali ini kami juga ambil bagian dalam doa bersama dan tabur bunga di makam para korban bencana di pemakaman massal di Petobo,” kata Wijaya Chandra.
Wijaya Chandra yang akrab disapa Ko Awi mengungkapkan, lima tahun bencana tentu tidak bisa dilupakan. Yang bisa dilakukan saat ini adalah mengenang dan mendoakan para korban agar mendapat tempat yang layak disisi Tuhan Yang Maha Kuasa dan kepada keluarga korban diberikan ketabahan atas peristiwa yang sudah terjadi. “Dengan kebersamaan dan saling peduli semoga kita bisa saling menguatkan sesama penyintas korban bencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi, 28 September 2018 yang lalu,” ujar Wijaya Chandra mengakhiri harapannya. (*/ron)