PALU – Puncak rangkaian Piodalan atau disebut juga Pujawali di Pura Agung Wanakertha Jagatnatha Provinsi Sulawesi Tengah jatuh pada Minggu (29/10). Beberapa agenda persiapannya sudah dilakukan sejak 26 Oktober 2023 hingga prosesi Pujawali, dan rangkaiannya akan berakhir hingga 31 Oktober 2023.
Pujawali merupakan perayaan hari jadi tempat suci. Spirit dari perayaan ini adalah sebuah sarana dalam meningkatkan Sradha dan Bhakti Umat Kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) Sebagai Sang Pencipta.
Ribuan umat Hindu khususnya di Kota Palu dan Sulawesi Tengah pada umumnya diprediksi akan menghadiri persembahyangan di Pura Agung Wanakertha Jagatnatha.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sulteng, I Wayan Sudiana S Ag M Si mengatakan bahwa pujawali ini setiap tahunnya diperingati di Purnama Kelima menurut hitungan peredaran matahari bulan atau sasi, jadi jatuhnya setiap purnama kelima, yang pada dasarnya merupakan upacara pembersihan.
“Ibaratnya kalau kita seharian, pagi kita mandi kemudian menuju tengah hari kita kotor sore kita mandi lagi, jadi pada dasarnya Pujawali itu memberikan makna pembersihan kembali,” kata I Wayang Sudiana yang didampingi Ketua Panitia Piodalan I Wayang Dharma S Pd M Pd kepada awak media, Minggu (29/10).
Pembersihan ini lanjut I Wayan Sudiana karena mungkin setelah setahun ada hal-hal yang kurang bagus membuat kesucian tempat suci ini kurang maksimal, maka disucikan kembali pada proses pujawalinya.
“Yang dibersihkan semua lingkungan termasuk umatnya yang tangkil, jadi bukan hanya tempat sucinya atau lingkungannya yang dibersihkan termasuk semua umat yang tangkil itu dibersihkan,” sebutnya.
I Wayan Sudiana menjelaskan, untuk prosesi dalam rangka melaksanakan Pujawali itu diawali dengan pembersihan lingkungan atau pecaruan yang sudah dilaksanakan Sabtu (29/10) pagi yang dipimpin oleh Pinandita, setelah itu upacara Nuwur Ida Betara, selanjutnya Melasti ke Beji (Ngubeng).
Prosesi ini disebut diikuti sekitar 1000an umat Hindu, namun diharapkan di persembahyangan sesi ke IV diharapkan minimal 5000an umat yang hadir. Pihak panitia juga sudah mengundang semua umat Hindu yang tersebar di Sulteng.
“Piodalan ini juga diisi dengan tarian-tarian untuk menghibur Ida Betara, jadi tujuan Tari adalah untuk persemahan yang suci dari anak-anak kita, dari anak-anak yang walaupun panas mereka antusias sekali untuk melakukan tarian, karena rasa baktinya terhadap Ida Betara,” jelas I Wayan Sudiana.
Untuk lokasi pembersihan kata I Wayan Sudiana yakni semua lingkungan Pura itu dilakukan pembersihan. Jadi khusus untuk Pura Jagatnatha ada empat perwilayahan yaitu Tri Mandala yang utama di Pura, Madya (tengah) dan Nista Mandala, di luar area Nista Mandala ada yang disebut Pelabu Pura.
“Jadi semua kita sudah sucikan kembali dibersihkan kembali dengan pecaruan yang sudah dilaksanakan masing-masing tempat itu,” tutupnya.(acm)