PALU – Kabar Kepindahan Cudy ke Partai Gerindra ditanggapi oleh Pakar Komunikasi Politik asal Untad, Dr Achmad Herman SSos MSi. Menurutnya kepindahan seorang politisi dari satu partai ke partai lain adalah hal yang biasa dan normal dalam perpolitikan. Tidak hanya di daerah, di level nasional pun demikian.
“Berpindah partai adalah pilihannya dan itu adalah haknya,” ujar Herman, sapaan akrab Ketua Prodi Magister Pascasarjana Ilmu Komunikasi Untad ini.
Herman mengungkapkan, kepindahan politisi bisa jadi dilatarbelakangi banyak faktor. Bisa jadi terjadi karena adanya friksi-friksi politis yang terjadi di partai lama atau juga bisa jadi ada yang dikejar di partai baru.
“Atau bisa saja ada ketidaksamaan visi atau tujuan dengan partai lama, atau bisa jadi ada potensi lain yang ingin diraih di partai baru. Apa alasan sebenarnya hanya politisi yang bersangkutan yang mengetahuinya,” jelas Herman malam tadi via telepon.
Kepindahan Cudy sebagai tokoh kharismatik di Sulteng, kata Herman, bisa mengubah peta perpolitikan di daerah ini. Sebab Cudy tidak hanya memindahkan dirinya sendiri ke partai baru, tapi juga kekuatan serta potensinya. Salah satunya adalah pendukungnya.
“Kepindahan satu figure politisi yang ternama bukan hanya dia yang pindah, tapi begitu banyak gerbong yang dia bawa di belakangnya,” tambahnya.
Dengan begitu maka, kata Herman, bisa jadi mengubah peta kekuatan politik di Sulteng. Sebab bisa jadi kepindahan Cudy berpotensi menggerus partai lama. Sebaliknya, partai yang baru bisa saja diperkuat dengan kepindahan ini.
Sebagai pengamat politik, dia mengaku tidak heran dengan perilaku dan fenomenan ini. Sebab ada begitu banyak contoh kepindahan politisi kharismatik. Misalnya, kepindahan Ridwan Kamil ke Partai Golkar atau pilihan Muhammad Zainud Majdi yang memperkuat Partai Perindo.(uq)