28 November 2024
24.9 C
Palu

Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan Bersama Mahasiswa STT Marturia Palu

Must read

PALU – Bagaimana menjadi seorang mahasiswa teologi menjadi pendeta atau hamba Tuhan yang transformatif di tengah hiruk pikuk pesatnya kemajuan teknologi yang sedang melanda kehidupan hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia sekarang ini?

Demikian pertanyaan pembuka yang dikemukakan oleh Senator Lukky Semen, saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaa yang dilaksanakan pada Rabu (13/3) di aula Grand Duta Hotel, Palu.

Dihadapan puluhan mahasiswa peserta Sosialisasi Empat Pilar yang berasal dari Sekolah Tinggi Teologi (STT) Marturia Palu, Lukky Semen mengajak agar para mahasiswa calon pendeta dan Hamba Tuhan terus membekali diri. Tentunya pembekalan diri tersebut tidak hanya bagaimana mempelajari Iman Kristen yang berasal dari Alkitab, tetapi juga harus mempelajari idiologi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang hanya bersumber dari Pancasila dan sebagai satu-satunya sumber dari sumber hukum yang ada di negara ini.

Lebih lanjut Lukky mengharapkan, agar mahasiswa yang nota bene adalah calon pendeta kiranya dapat menggunakan ilmu yang didapat di kampus untuk semakin mempererat toleransi di tengah-tengah masyarakat selain benar-benar mengabdikan diri untuk Tuhan.

Di tempat yang sama, ketua senat mahasiswa STT Marturia, Glen Robert sangat berterima kasih atas pelaksanaan sosialisasi empat pilar kebangsaan tersebut. Menurutnya Sosialisasi Empat Pilar dirasa sangat perlu, karena di kampus, mahasiswa hanya mendapatkan mata kuliah PKN pada semester awal.

“Sosialisasi Empat Pilar juga sangat penting jika dikaitkan dengan latar belakang keilmuan Teologi yang berdasarkan Alkitab, dimana sebagai umat Kristen diperintahkan untuk taat kepada pemerintah,” tegas Glen.

Sementara itu, Sofyan Rasuballa, yang juga mantan Sekretaris DPRD Kabupaten Donggala, saat membawakan materi sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan mengatakan bahwa saat ini kita diperhadapkan dengan dua hal yang sangat krusial, baik internal maupun eksternal. Begitu pentingnya tantangan tersebut sampai-sampai ditetapkan dalam TAP MPR No VI tahun 2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

Tantangan internal yakni masih lemahnya penghayatan nilai agama serta pemahaman ajaran agama yang keliru; Pengabaian terhadap kepentingan daerah serta timbulnya fanatisme kedaerahan dalam perspektif Otonomi Daerah; Kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebhinekaan dan kemajemukan; Kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa; serta tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal.

Disisi tantangan Eksternal yakni pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dan persaingan antar bangsa yang semakin taham serta makin kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan nasional.

“Empat pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman dan tenteram serta terhindar dari dua tantangan baik internal maupun eksternal,” urai Sofyan.

Puluhan peserta sangat antusias mengikuti pemaparan materi Sosialisasi Empat Pilar tersebut, terbukti munculnya beberapa penanya dalam sesi tanya jawab. Salah satu mahasiswa menanyakan begitu banyaknya kasus korupsi dan lemahnya penegakan hukum. “Jangan sampai lemahnya penegakan hukum di Indonesia menimbulkan sikap apriori dari kalangan intelektual,” ujar Rio Raentama.

Sementara mahasiswi lainnya menggarisbawahi begitu maraknya kenakalan remaja  dan aksi begal yang terjadi akhir-akhir ini. “Apakah selama ini sosialisasi semacam ini tidak pernah menyasar para remaja dan pemuda berandalan?,” demikianTabita.(*/ron)

Latest article

More articles

WeCreativez WhatsApp Support
Silahkan hubungi kami disini kami akan melayani anda 24 Jam!!