MORUT – Hujan deras disertai petir mengakibatkan 200 rumah warga, satu gedung sekolah dan satu rumah ibadah terendam banjir di Kecamatan Petasia dan Petasia Barat, Kabupaten Morowali Utara, Rabu (26/4) malam.
Berdasarkan informasi diperoleh dari Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Morowali Utara, perubahan cuaca tersebut memicu debit air sungai meningkat dan mengakibatkan terjadinya luapan di beberapa titik aliran sungai, penyempitan, serta menyebabkan tanggul ambruk.
Luapan air sungai kemudian menggenangi 21 rumah berpenghuni 64 jiwa warga Koromatantu, serta 110 rumah yang ditempati 350 jiwa warga Mondowe. Kedua desa ini berada di wilayah Petasi Barat.
Sementara itu di Petasia, banjir menggenangi tujuh rumah berpenghuni 35 jiwa warga Korolaki dan satu rumah milik warga Kelurahan Kolonodale.
Sedangkan di Korolama banjir merendam 61 rumah yang ditempati 305 jiwa. Selain itu, sekolah, rumah ibadah serta bangunan lainnya di Korolama ikut terendam.
Meski ketinggian air berkisar 10-60 centimeter, namun di beberapa desa banjir ini cukup meresahkan masyarakat. Pasalnya, banjir itu disertai lumpur merah yang sulit dibersihkan. Kondisi tersebut nampak di rumah-rumah warga Mondowe dan Korolama.
Warga menduga banjir berlumpur merah itu merupakan dampak penambangan nikel di wilayah Petasia Barat. Seperti diketahui, sejumlah perusahaan nikel memiliki wilayah penambangan yang menyebar di sejumlah desa setempat.
Kepala Pelaksana BPBD Morut Delvia Parenta kepada Radar Sulteng, Kamis (27/4) malam, menyebutkan situasi terakhir pada titik rendaman banjir Petasia dan Petasia Barat terus dilakukan pembersihan DDI rumah-rumah warga. Sejauh ini banjir tidak mengakibatkan korban luka maupun jiwa.
“Untuk kebutuhan mendesak warga terdampak banjir masih sebatas bantuan air bersih,” tandas Delfia. (ham)