Site icon Radar Sulteng

Al Azhar Gelar Peringatan Lima Tahun Bencana, Resmikan Museum Mini Kebencanaan

MEMERINGATI : Direktur Yayasan Al Azhar Mandiri Palu, Abdul Basit Arsyad, saat memberikan penjelasan tentang peringatan 5 tahun bencana Pasigala, dan menjelaskan pembangunan museum mini kebencanaan, Kamis (28/09/2023).(FOTO : MUCHSIN SIRADJUDIN/RADAR SULTENG)

PALU-Yayasan Al Azhar Mandiri Palu memeringati 5 tahun terjadinya gempabumi, tsunami, dan likuifaksi (2018-2023), di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala (Pasigala), menggelar kegiatan berupa mitigasi bencana, pameran foto dan lukisan di museum mini Al Azhar Mandiri Palu.
Kegiatan ini dilaksanakan selama sepekan, pada 23-30 September 2023.

“Kita akan melaksanakan kegiatan dalam rangka memeringati hari terjadinya bencana alam gempabumi, tsunami, dan likuifaksi yang terjadi di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo). Kegiatan ini kami laksanakan selama tujuh hari (sepekan), dari 23 September sampai dengan 30 September, “ kata Direktur Yayasan Al Azhar Mandiri Palu, Abdul Basit Arsyad.

Gubernur Sulteng, diwakili Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Andi Kamal Lembah, membuka kegiatan memeringati lima tahun bencana alam, disaksikan Direktur Yayasan Al Azhar Mandiri Palu, Abdul Basit Arsyad, kepala Museum Sulteng Achmad Tanju, kepala-kepala sekolah Al Azhar, dan siswa-siswi SMP dan SMA Al Azhar Mandiri Palu, Kamis (28/09/2023).

Andi Kamal mengatakan, pihaknya sebagai Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah (Sulteng) sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Yayasan Al Azhar Mandiri yang telah lebih dulu membuat museum mini tentang sejarah terjadinya bencana alam yang maha dahsyat. Sebuah kejadian gempabumi dahsyat yang memporakporandakan Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala (Pasigala) hingga menimbulkan tsunami dan likuifaksi.

“Kami sudah didahului oleh pak Basit dengan Al Azhar-nya, telah membuat museum mini. Semoga sekolah-sekolah lain bisa mengikuti langkah Al Azhar yang membangun museum mini seperti ini, ” kata Kamal.

Setelah membuka kegiatan, Kadis, juga Kepala Museum Sulteng, dan Direktur Yayasan Al Azhar Mandiri Palu mengunjungi museum mini dan perpustakaan SMA Al Azhar Mandiri Palu di lantai dua, untuk melihat rekaman sejarah berupa buku, foto, karya lukisan yang mengekspresikan tentang terjadinya gempabumi, dokumentasi video tentang pengetahuan gempabumi, tsunami dan likuifaksi, yang disampaikan siswa dan siswi SMA Al Azhar terbaik.

Kepada Radar Sulteng, Abdul Basit memberitahukan bahwa kunjungan perpustakaan yang menampilkan semua rekaman kebencanaan yang terjadi lima tahun di wilayah Pasigala Sulteng ada di museum mini. Bahkan peninggalan sejarah seperti sorban dan foto-foto Guru Tua, serta riwayat sekolah dan peralatan seperti radio, setrika, dan fotografi juga lengkap ada di museum mini dan perpustakaan SMA Al Azhar Mandiri Palu.

Dijelaskannya, kunjungan TK, SD, minggu ini, TK ada 8 kelas. Setiap hari Sabtu kita buka. Sampai dengan pelajar SMP. Siswa dan siswi kita sebanyak kurang lebih 1.600 orang.

” Kami membuka juga kunjungan dari sekolah umum, dan masyarakat umum. Silakan datang, ” kata Basit.

“Sedangkan kegiatan mitigasi, kita laksanakan selama tiga bulan. Ada foto, lukisan. Museum kita ada koleksi bersejarah, diantaranya ijazah yang ditandatangani Guru Tua, ada sorban Guru Tua. Saba, atau batu tulis. Semuanya kita rekam dan koleksinya ada di museum mini kami ini, “ ucap Basit.

“Kalau dia melihat masa lalu, maka dia akan mempersiapkan masa depan, ” imbuhnya, memberikan filosofi mengapa kita harus membuat museum mini, dan mengumpulkan semua koleksi bernilai sejarah.

“Saya usulkan pemerintah kita membangun sebuah museum yang merekam kejadian gempabumi Pasigala ini, ” sarannya, dikesempatan peresmian museum mini Al Azhar kemarin.(mch)

Exit mobile version