Oleh : dr. Ni Made Gita Andariska, S.Ked*)
STUNTING adalah pendek atau sangat pendek menurut usia berdasarkan kurva pertumbuhan WHO akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat maupun infeksi berulang atau kronis yang terjadi dalam 1.000 hari pertama kehidupan (WHO,2020)
Stunting merupakan masalah global yang serius, terutama untuk negara berkembang. Prevalensi stunting di Indonesia menurut laporan Riskesdas 2018 yaitu sebesar 30,8 pertsen. (Riskesdas, 2018) Berdasarkan hasil survey Status Gizi Indonesia (SSGI) terjadi penurunan angka stunting pada tahun 2022 menjadi 21,6 persen, sedangkan angka prevalensi stunting Provinsi Sulawesi Tengah lebih tinggi dari prevalensi nasional yaitu 28,2 persen.
Hal ini menempatkan Provinsi Sulteng pada urutan ke-7 angka stunting tertinggi di Indonesia. Walaupun angka stunting menurun, tetapi angka tersebut masih tinggi dibandingkan dengan target penurunan stunting Indonesia adalah 14 persen pada tahun 2024.(Kemenkes RI,2023)
Faktor risiko terjadinya stunting di Indonesia dapat berasal dari faktor ibu, anak, maupun lingkungan. Faktor ibu dapat meliputi usia ibu saat hamil, lingkar lengan atas ibu saat hamil, tinggi ibu, pemberian ASI ataupun MPASI, inisiasi menyusui dini dan kualitas makanan.Faktor anak dapat berupa riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) ataupun prematur, anak dengan jenis kelamin laki-laki, adanya riwayat penyakit neonatal, riwayat diare yang sering dan berulang, riwayat penyakit menular, dan anak tidak mendapat imunisasi.(Nova,2020).
Stunting patut mendapat perhatian lebih karena dapat berdampak bagi kehidupan anak sampai tumbuh besar, terutama risiko gangguan perkembangan fisik dan kognitif apabila tidak segera ditangani dengan baik. Dampak stunting dalam jangka pendek dapat berupa penurunan kemampuan belajar karena kurangnya perkembangan kognitif. Sementara itu dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas hidup anak saat dewasa karena menurunnya kesempatan mendapat pendidikan, peluang kerja, dan pendapatan yang lebih baik. Selain itu, terdapat pula risiko cenderung menjadi obesitas di kemudian hari, sehingga meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, kanker, dan lain-lain. (Nirmalasari,2020).
Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan cara : (Sutarto, 2018), pertama, pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil.Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter.
Kedua, ASI eksklusif sampai umur 6 bulan. ASI berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Protein dan kolostrum yang terdapat pada ASI mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi.
Ketiga, makanan Pendaping Air Susu Ibu (MPASI) yang sehat setelah 6 bulan. Pastikan MPASI yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. Keempat, memantau pertumbuhan balita di posyandu. Pantau tumbuh kembang anak dengan membawa anak secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak agar lebih mudah untuk mengetahui gejala awal gangguan pertumbuhan.
Kelima, meningkatkan akses terhadap air bersih serta menjaga kebersihan lingkungan. Anak-anak sangat rentan terkena penyakit, terutama pada lingkungan yang kotor. Faktor ini secara tidak langsung meningkatkan peluang stunting yang terutama disebabkan oleh diare akibat lingkungan yang kotor.
*) Penulis adalah seorang dokter yang bertugas di Kabupaten Poso.