06 July 2024
24.1 C
Palu

Workshop Kesenian Raigo Suku Bada Tampo Lore Lestarikan Tradisi Lama

Must read

Palu – Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah 18 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan memfasilitasi pemajuan kebudayaan 2024, dalam menyelenggarakan Workshop Kesenian/Tari Raigo Suku Bada Tampo Lore di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh para komunitas dan Pelaku Seni di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat pada tanggal 10-12 Juni 2024, di Desa Lengkeka dan di lokasi Watu Molindo Padang Sepe.

Workshop ini bertujuan untuk melestarikan tradisi lama yang telah ada sejak zaman prasejarah, sekitar abad ke-12/13 sebelum Masehi. Tradisi ini merupakan salah satu budaya Suku Bada Tampo Lore yang sarat makna dan nilai-nilai luhur.

Menurut Yonathan Tokii S.Pt., Maestro Sastra Tradisi Sulawesi Tengah dan anggota Lembaga Adat Bada Rayon Palu, Raigo memiliki beberapa fungsi penting dalam budaya Suku Bada Tampo Lore. Pertama, Raigo digunakan untuk menjemput para surudado (pejuang) kembali dari pertempuran (kamasao) membawa keberhasilan.

“Tradisi ini dilakukan di depan Duhunga dan dilanjutkan di Watu Palindo (Molindo) sebagai bentuk pemberitahuan bahwa mereka telah selamat dan berhasil dari pertempuran,” katanya, sekaligus sebagai ketua pelaksana Workshop, Kamis (13/6) di Palu.

Kedua, Raigo juga dijadikan sebagai kegiatan pemujaan untuk Pesta Kandang (Mowahe Boso). Ketiga, Raigo menjadi hiburan dan ucapan syukur atas panen yang berhasil (Ma,ande Pare Wo’u). Tradisi ini biasanya dilakukan di depan rumah atau Buho.

“Workshop ini diikuti oleh para pelaku seni dan budayawan dari Suku Bada Tampo Lore. Dalam workshop ini, para peserta mempelajari berbagai aspek Tari Raigo, seperti gerakan tari, musik pengiring, dan makna di balik tradisi ini,” ujar Yonathan.

Melalui kegiatan ini, diharapkan Kesenian Raigo Suku Bada Tampo Lore dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda. “Kesenian Raigo merupakan bagian penting dari budaya Suku Bada Tampo Lore dan menjadi identitas mereka yang harus dijaga,” terang Yonathan.

Yonathan Tokii Asli Suku Bada sangat serius kambali mengaktifkan kegiatan Raigo di Sulawesi Tengah karena Raigo ini merupakan kegiatan yang di lestarikan kembali.

Menurut Ketua Dewan kesenian Sulawesi Tengah Hapri Ika Poigi, menyampaikan bahwa Raigo di Suku Bada merupakan sangat sakral dan tua Karna memiliki syair pantun dari bahasa Pujaan leluhur yang tidak memiliki ragam mereka hanya mengunakan warna suara itu sendiri.

“Raigo di Sulawesi Tengah ada di Suku Bada Napu, Behoa Rampi, Kulawi, Kaili, Pamona bahkan masih ada yang lain,” katanya.

Sementara, Kepala balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 18 yang diwakili, Abdul Kahar Safutra menyampaikan ucapan terima kasih atas antusias dan semangat para seniman Tampo Lore menerima kegiatan ini. “Semoga kedepan Raigo bisa di tampilkan pada acara-acara berikutnya,” tambahnya. (who)

Latest article

More articles

WeCreativez WhatsApp Support
Silahkan hubungi kami disini kami akan melayani anda 24 Jam!!